PERMAINAN
TRADISIONAL CURIK-CURIK SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
1. Latar Belakang
Ketidakmampuan siswa
dalam memikirkan atau membayangkan tentang materi yang diajarkan oleh guru
seringkali membuat komunikasi antar guru dan siswa menjadi tidak searah. Banyak
dari siswa yang mengaku tidak mengerti, tidak dapat memahami tentang materi
yang diajarkan. Hal ini akan berdampak pada pembelajaran yang tidak kondusif.
Sehingga banyak siswa akan merasa diri tidak mampu untuk mengikuti pelajaran.
Permainan tradisional
telah lahir sejak ribuan tahun yang lalu, hasil dari proses kebudayaan manusia
zaman dahulu yang masih kental dengan nilai-nilai kearifan local. Meskipun
sudah sangat tua, ternyata permainan tradisional memiliki peran edukasi yang
sangat manusiawi bagi proses belajar seorang individu, terutama anak-anak.
Dikatakan demikian, karena secara alamiah permainan tradisional mampu
menstimulasi berbagai aspek-aspek perkembahan anak yaitu : motorik, kognitif,
emosi, bahasa, sosial, spiritual, ekologis, dan nilai/moral (misbach, 2006).
Dengan kata lain, permainan tradisional dapat digunakan sebagai media
pembelajaran.
Salah
satu permainan tradisional adalah curik-curik. Curik-curik sebenarnya sama
seperti ular naga panjang tapi karena diakulturasi dengan kebiasaan orang-orang
lokal menyanyikan lagu curik-curik maka lagu ular naga panjang dirubah
sedemikian rupa sehingga lagu yang sekarang dipakai adalah curik-curik.
2. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
a.
Sebagai
penyelesaian atas tugas mata kuliah workshop terkait peran permainan
tradisional dalam pembelajaran matematika.
b.
Menganalisis potensi permainan
tradisional “curik-curik” sebagai media pembelajaran matematika, sekaligus
sebagai upaya melestarikan budaya bangsa.
3. Manfaat
Adapun manfaat yang
ingin dicapai dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Tergalinya
potensi permainan tradisional “curik-curik” sebagai media pembelajaran
matematika yang inovatif, namun tetap sesuai dengan jati diri dan budaya
bangsa, serta terjaganya kelestarian permainan tradisional sebagai bagian dari
kebudayaan bangsa Indonesia
4.
Curik-Curik
(Ular Naga)
Satu
permainan berkelompok yang biasa dimainkan anak-anak di luar rumah di waktu
sore dan malam hari. Tempat bermainnya di tanah lapang atau halaman rumah yang agak
luas. Lebih menarik apabila dimainkan di bawah cahaya rembulan. Pemainnya
biasanya sekitar 5-10 orang, bisa juga lebih, anak-anak umur 5-12 tahun (TK -
SD).
Cara Bermain
Anak-anak
berbaris bergandeng pegang 'buntut', yakni anak yang berada di belakang
berbaris sambil memegang ujung baju atau pinggang anak yang di mukanya. Seorang
anak yang lebih besar, atau paling besar, bermain sebagai "induk" dan
berada paling depan dalam barisan. Kemudian dua anak lagi yang cukup besar
bermain sebagai "gerbang", dengan berdiri berhadapan dan saling
berpegangan tangan di atas kepala. "Induk" dan "gerbang"
biasanya dipilih dari anak-anak yang tangkas berbicara, karena salah satu daya
tarik permainan ini adalah dalam dialog yang mereka lakukan.
Barisan
akan bergerak melingkar kian kemari, sebagai Ular Naga yang berjalan-jalan dan
terutama mengitari "gerbang" yang berdiri di tengah-tengah halaman,
sambil menyanyikan lagu. Pada saat-saat tertentu sesuai dengan lagu, Ular Naga
akan berjalan melewati "gerbang". Pada saat terakhir, ketika lagu
habis, seorang anak yang berjalan paling belakang akan 'ditangkap' oleh
"gerbang".
Setelah
itu, si "induk" --dengan semua anggota barisan berderet di
belakangnya-- akan berdialog dan berbantah-bantahan dengan kedua
"gerbang" perihal anak yang ditangkap. Seringkali perbantahan ini
berlangsung seru dan lucu, sehingga anak-anak ini saling tertawa. Sampai pada
akhirnya, si anak yang tertangkap disuruh memilih di antara dua pilihan, dan
berdasarkan pilihannya, ditempatkan di belakang salah satu "gerbang".
Permainan
akan dimulai kembali. Dengan terdengarnya nyanyi, Ular Naga kembali bergerak
dan menerobos gerbang, dan lalu ada lagi seorang anak yang ditangkap.
Perbantahan lagi. Demikian berlangsung terus, hingga "induk" akan
kehabisan anak dan permainan selesai. Atau, anak-anak bubar dipanggil pulang
orang tuanya karena sudah larut malam.
Media
pembelajaran permainan tradisional “curik-curik” dalam pembelajaran
matematika
materi himpunan
Seperti
kebanyakan permainan yang dilakukan berkelompok, permainan curik-curik
tentu membutuhkan tempat yang luas seperti lapangan, taman bermain, atau aula
agak luas untuk melakukan permainan. Permainan ini akan diset sedemikian rupa
sebagai berikut:
1. Siswa
akan di urutkan dari siswa yang paling besar hingga yang paling kecil (Untuk
menjadi ular yang panjang)
2. 2
orang siswa dengan badan yang besar dan ukuran tubuh yang hampir sama akan
dipilih menjadi penjaga pintu.
3. Permainan
dimulai: sambil menyanyikan lagu curik-curik ular akan masuk kedalam pintu
penjaga berkeliling kekiri-kekanan memasuki pintu, sambil berlenggak-lenggok
nantinya setelah lirik lagu telah habis anak ular akan ditangkap oleh penjaga,
anak ular harus memilih pintu kanan atau pintu kiri.
4. Jika
anak ular memilih pintu kiri maka anak ular (1 siswa) akan berbaris di belakang
penjaga pintu disebelah kiri, salah satu dari 2 orang yang menjadi penjaga
pintu.
5. Jika
anak ular memilih pintu kanan maka anak ular (1 siswa) akan berbaris di
belakang penjaga pintu disebelah kanan, salah satu dari 2 orang yang menjadi
penjaga pintu.
6. Demikian
seterusnya hingga semua siswa habis dibelakang dari penjaga pintu, entah itu
disebelah kanan atau sebelah kiri.
7. Setelah
semua siap, tarik menarik antara siswa sebelah kanan dan sebelah kiri akan
dimulai, beda dengan tarik tambang dalam permainan tarik menarik ini kelompok
kanan dan kelompok kiri sebelum melewati garis akan melepas salah satu
anggotanya yang di ujung untuk menyelamatkan semua anggota kelompok dari
anggota kanan atau kiri.
Sambil
bermain guru menjelaskan kepada siswa bahwa semua siswa menjadi semesta
pembicaraan. Kelompok kiri dan kanan adalah anggota himpunan yang saling lepas
tetapi, hasil dari tari-menarik tadi akan menjadi anggota bersama sehingga
gambar dari permainan tersebut dalam diagram venn akan menjadi seperti berikut:
1. Sebelum
tarik menarik
2. Setekah tarik menarik
5.
SIMPULAN
DAN SARAN
A.
Simpulan
Adapun simpulan dari tulisan ini adalah
sebagai berikut:
1. Penggunaan
permainan tradisional “curik-curik” sebagai media pembelajaran matematika
sangat membantu dalam guru menjelaskan materi himpunan disamping dapat
mengajarkan siswa tentang nilai-nilai kearifan lokal, siswa juga dapat langsung
mengalami keadaan nyata bagaimana konsep dari himpunan dan sekaligus sebagai
upaya melestarikan budaya bangsa.
B.
Saran
1. Penulis
menyarankan para pengajar untuk mencoba permainan tradisional sebagai media
pembelajaran dalam pengajaran materi di sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar