6.5.13

Tugas Individu Permainan Tradisional


PERMAINAN TRADISIONAL CURIK-CURIK SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
     1.      Latar Belakang
Ketidakmampuan siswa dalam memikirkan atau membayangkan tentang materi yang diajarkan oleh guru seringkali membuat komunikasi antar guru dan siswa menjadi tidak searah. Banyak dari siswa yang mengaku tidak mengerti, tidak dapat memahami tentang materi yang diajarkan. Hal ini akan berdampak pada pembelajaran yang tidak kondusif. Sehingga banyak siswa akan merasa diri tidak mampu untuk mengikuti pelajaran.
Permainan tradisional telah lahir sejak ribuan tahun yang lalu, hasil dari proses kebudayaan manusia zaman dahulu yang masih kental dengan nilai-nilai kearifan local. Meskipun sudah sangat tua, ternyata permainan tradisional memiliki peran edukasi yang sangat manusiawi bagi proses belajar seorang individu, terutama anak-anak. Dikatakan demikian, karena secara alamiah permainan tradisional mampu menstimulasi berbagai aspek-aspek perkembahan anak yaitu : motorik, kognitif, emosi, bahasa, sosial, spiritual, ekologis, dan nilai/moral (misbach, 2006). Dengan kata lain, permainan tradisional dapat digunakan sebagai media pembelajaran.
Salah satu permainan tradisional adalah curik-curik. Curik-curik sebenarnya sama seperti ular naga panjang tapi karena diakulturasi dengan kebiasaan orang-orang lokal menyanyikan lagu curik-curik maka lagu ular naga panjang dirubah sedemikian rupa sehingga lagu yang sekarang dipakai adalah curik-curik.
      2.      Tujuan
            Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
a.       Sebagai penyelesaian atas tugas mata kuliah workshop terkait peran permainan tradisional dalam pembelajaran matematika.
b.      Menganalisis potensi permainan tradisional “curik-curik” sebagai media pembelajaran matematika, sekaligus sebagai upaya melestarikan budaya bangsa.

      3.      Manfaat
            Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
a.       Tergalinya potensi permainan tradisional “curik-curik” sebagai media pembelajaran matematika yang inovatif, namun tetap sesuai dengan jati diri dan budaya bangsa, serta terjaganya kelestarian permainan tradisional sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia

       4.      Curik-Curik (Ular Naga)
Satu permainan berkelompok yang biasa dimainkan anak-anak di luar rumah di waktu sore dan malam hari. Tempat bermainnya di tanah lapang atau halaman rumah yang agak luas. Lebih menarik apabila dimainkan di bawah cahaya rembulan. Pemainnya biasanya sekitar 5-10 orang, bisa juga lebih, anak-anak umur 5-12 tahun (TK - SD).
Cara Bermain
Anak-anak berbaris bergandeng pegang 'buntut', yakni anak yang berada di belakang berbaris sambil memegang ujung baju atau pinggang anak yang di mukanya. Seorang anak yang lebih besar, atau paling besar, bermain sebagai "induk" dan berada paling depan dalam barisan. Kemudian dua anak lagi yang cukup besar bermain sebagai "gerbang", dengan berdiri berhadapan dan saling berpegangan tangan di atas kepala. "Induk" dan "gerbang" biasanya dipilih dari anak-anak yang tangkas berbicara, karena salah satu daya tarik permainan ini adalah dalam dialog yang mereka lakukan.
Barisan akan bergerak melingkar kian kemari, sebagai Ular Naga yang berjalan-jalan dan terutama mengitari "gerbang" yang berdiri di tengah-tengah halaman, sambil menyanyikan lagu. Pada saat-saat tertentu sesuai dengan lagu, Ular Naga akan berjalan melewati "gerbang". Pada saat terakhir, ketika lagu habis, seorang anak yang berjalan paling belakang akan 'ditangkap' oleh "gerbang".
Setelah itu, si "induk" --dengan semua anggota barisan berderet di belakangnya-- akan berdialog dan berbantah-bantahan dengan kedua "gerbang" perihal anak yang ditangkap. Seringkali perbantahan ini berlangsung seru dan lucu, sehingga anak-anak ini saling tertawa. Sampai pada akhirnya, si anak yang tertangkap disuruh memilih di antara dua pilihan, dan berdasarkan pilihannya, ditempatkan di belakang salah satu "gerbang".
Permainan akan dimulai kembali. Dengan terdengarnya nyanyi, Ular Naga kembali bergerak dan menerobos gerbang, dan lalu ada lagi seorang anak yang ditangkap. Perbantahan lagi. Demikian berlangsung terus, hingga "induk" akan kehabisan anak dan permainan selesai. Atau, anak-anak bubar dipanggil pulang orang tuanya karena sudah larut malam.

Media pembelajaran permainan tradisional “curik-curik” dalam pembelajaran
matematika materi  himpunan
Seperti  kebanyakan permainan yang dilakukan berkelompok, permainan curik-curik tentu membutuhkan tempat yang luas seperti lapangan, taman bermain, atau aula agak luas untuk melakukan permainan. Permainan ini akan diset sedemikian rupa sebagai berikut:
1.      Siswa akan di urutkan dari siswa yang paling besar hingga yang paling kecil (Untuk menjadi ular yang panjang)
2.      2 orang siswa dengan badan yang besar dan ukuran tubuh yang hampir sama akan dipilih menjadi penjaga pintu.
3.      Permainan dimulai: sambil menyanyikan lagu curik-curik ular akan masuk kedalam pintu penjaga berkeliling kekiri-kekanan memasuki pintu, sambil berlenggak-lenggok nantinya setelah lirik lagu telah habis anak ular akan ditangkap oleh penjaga, anak ular harus memilih pintu kanan atau pintu kiri.
4.      Jika anak ular memilih pintu kiri maka anak ular (1 siswa) akan berbaris di belakang penjaga pintu disebelah kiri, salah satu dari 2 orang yang menjadi penjaga pintu.
5.      Jika anak ular memilih pintu kanan maka anak ular (1 siswa) akan berbaris di belakang penjaga pintu disebelah kanan, salah satu dari 2 orang yang menjadi penjaga pintu.
6.      Demikian seterusnya hingga semua siswa habis dibelakang dari penjaga pintu, entah itu disebelah kanan atau sebelah kiri.
7.      Setelah semua siap, tarik menarik antara siswa sebelah kanan dan sebelah kiri akan dimulai, beda dengan tarik tambang dalam permainan tarik menarik ini kelompok kanan dan kelompok kiri sebelum melewati garis akan melepas salah satu anggotanya yang di ujung untuk menyelamatkan semua anggota kelompok dari anggota kanan atau kiri.
Sambil bermain guru menjelaskan kepada siswa bahwa semua siswa menjadi semesta pembicaraan. Kelompok kiri dan kanan adalah anggota himpunan yang saling lepas tetapi, hasil dari tari-menarik tadi akan menjadi anggota bersama sehingga gambar dari permainan tersebut dalam diagram venn akan menjadi seperti berikut:
1.      Sebelum tarik menarik

                
 2.   Setekah tarik menarik
                

              5.      SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan
Adapun simpulan dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
1.      Penggunaan permainan tradisional “curik-curik” sebagai media pembelajaran matematika sangat membantu dalam guru menjelaskan materi himpunan disamping dapat mengajarkan siswa tentang nilai-nilai kearifan lokal, siswa juga dapat langsung mengalami keadaan nyata bagaimana konsep dari himpunan dan sekaligus sebagai upaya melestarikan budaya bangsa.

B.     Saran
1.      Penulis menyarankan para pengajar untuk mencoba permainan tradisional sebagai media pembelajaran dalam pengajaran materi di sekolah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar